3 bentuk hipotesis, menurut tingkat penjelasan (level of explanation):
A.Hipotesis Deskriftif
B.Hipotesis Komparatif
C.Hipotesis Assosiatif
Pemilihan Teknik Statistik Non Parametris untuk menguji hipotesis:
1.Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk Nominal, maka digunakan teknik statistik :
Binomial
Chi Kuadrat satu sampel
2. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk Ordinal, maka digunakan teknik statistik:
Run Test
3. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk Nominal, maka digunakan teknik statistik:
Mc Nemar
4. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk Ordinal, maka digunakan teknik statistik:
Sign Test
Wilcoxon matched pairs
5. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk Nominal , maka digunakan teknik statistik:
Fisher exact probability
Chi kuadrat dua sampel
6. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk Ordinal, maka digunakan teknik statistik:
Median Test
Mann-Whitney U Test
Kolmogorof Smirnov
Wald-Wolfowitz
7. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel berpasangan, bila datanya berbentuk Nominal, maka digunakan teknik statistik:
Chocran Q
8. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel berpasangan, bila datanya berbentuk Ordinal, maka digunakan teknik statistik:
Friedman Two-way Anova
9. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel Independen, bila datanya berbentuk Nominal, maka digunakan teknik statistik:
Chi kuadrat k sampel
10. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel Independen, bila datanya berbentuk Ordinal, maka digunakan teknik statistik:
Median Extension
Kruskal-Willis One Way Anova
11. Untuk menguji hipotesis Assosiatif, bila datanya berbentuk Nominal, maka digunakan teknik statistik:
Coefiensi Contingensi
12. Untuk menguji hipotesis Assosiatif, bila datanya berbentuk Ordinal, maka digunakan teknik statistik:
Korelasi Spearman Rank
Korelasi Kendal Tau
Daftar Pustaka Sugiyono, Statistik Nonparametris untuk penelitian, Alfabeta CV, Bandung, 2004
Kerajinan batik merupakan salah satu sektor industri kreatif yang berpotensi dalam memberikan kontribusi dan solusi pada persoalan-persoalan lingkungan, sosial dan ekonomi bangsa. Industri ini banyak terdapat di berbagai kota dan kabupaten di pulau Jawa, di antaranya adalah kota Pekalongan dan Solo di Jawa Tengah. Pada umumnya sentra industri batik terdiri dari industri-industri berskala kecil dan menengah, akan tetapi, ada juga industri berskala besar. Di Pekalongan terdapat CV. Tobal Batik yang merupakan industri batik berskala menengah yang produknya dapat menembus pasar internasional dan lokal. Industri berskala kecil biasanya memiliki ketergantungan terhadap industri yang lebih besar, dalam pesanan dan pengembangan desain, seperti PT. Tri Ratna Batik Pekalongan. Contoh industri batik berskala besar adalah PT. Batik Danar Hadi dengan wilayah pemasaran lokal, nasional maupun internasional.
Permasalahan
Memasuki musim kemarau kondisi sungai di Kota Pekalongan terancam pencemaran lebih parah oleh limbah batik. Limbah pengolahan batik dari industri besar maupun rumah tangga yang mengandung bahan kimia, mengendap di sungai sebab tak ada air yang mendorongnya ke laut.
Endapan limbah batik itu akan mengakibatkan air sungai menjadi berwarna kehitam-hitaman, serta memunculkan bau menyengat. Keluhan masyarakat setempat, saat ini masih banyak industri batik rumah tangga dan perusahaan batik skala besar, yang membuang limbah langsung ke sungai. Pembuangan itu sudah dilakukan dalam waktu lama dan selama ini menjadikan air sungai tercemar. Jika musim hujan, barangkali pencemaran itu tidak begitu mengganggu karena limbah terdorong ke laut oleh gelontoran air hujan.
Namun jika kemarau seperti sekarang, dipastikan limbah itu akan membuat sungai semakin kotor dan berbau. Karena setiap hari terus ditumpahi limbah batik. Pokok permasalahan sekarang adalah Apakah limbah hasil pengolahan batik dapat di kelola tanpa mencemari lingkungan?
Scoping dalam bahasa indonesia diartikan Pelingkupan, yang diartikan sebagai pemusatan pandangan atau menemukan masalah utama (Soeratmo, 1988).
Pelingkupan dalam AMDAL dapat diartikan sebagi proses menemukan atau menetapkan dampak penting yang sering di sebut sebagai masalah utama (main issue) dari suatu proyek terhadap lingkungan.Baca Selengkapnya........
Dalam proses penyusunan dokumen AMDAL harus terlebih dahulu dilakukan Identifikasi masalah yaitu menguraikan permasalahan dampak dari komponen lingkungan terhadap dampak dari komponen kegiatan suatu usaha. Adapun sebagai komponen lingkungan yaitu Geologi, Fisika, Kimia Biologi, Sosial ekonomi Budaya dan kesehatan masyarakat ini lah yang diidentifikasi penurunan kualitas karena komponen kegiatan.
Dampak lingkungan yang terjadi dapat dilakukan prediksi dampak, hal ini mempertimbangkan komponen kegiatan yang mempengaruhi pada komponen lingkungan (Geologi, Fisika-Kimia, Biologi, Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat). Adapun kualitas studi dipengaruhi oleh
1.Tabel 7.10, 7.11 dan 7.12 mengenai matrik evaluasi dampak pada komponen fisika-kimia dalam bukunya Chafid fadeli, :
a.Tabel 7.11. Point No. 8 dan Nomor 9, .....Apa kajiannya???????
b.Hasil evaluasi No. 8 Kualitas lingkungan dengan hasil selisih skala -3, No. 9 dengan hasil evaluasi skala -1 .................. Apa ini maksudnya ???????
c. Hasil total dampak prosentase 7,53 % ........... Apa ini maksudnya???????
Jawab:
a.Pada tabel 7.11 adalah matrik evaluasi komponen Fisika-kimia adapun jenis evaluasi yang digunakan adalah metode evaluasi Leopold Dimodifikasi
Matrik Leopold Dimodifikasi merupakan pengembangan Matrik Leopold Interaksi digunakan untuk melkakukan penilaian Tingkat Besaran Dampak (Magnitude) dan Derajat kepentingan dampak (Importance) terhadap interaksi komponen kegiatan terhadap komponen lingkungan.
Pada metode matrik leopold dimodifikasi mempertimbangkan skala besaran kepentingan (Importance) Skala Kepentingan komponen lingkungan sedangkan tingkat besaran dampak (magnitude) diganti menjadi nilai skala kualitas atau kondisi lingkungan. (tabel. 7.10)
Untuk memberi penilaian terhadap kualitas lingkungan dapat menggunakan standart kualitas lingkungan atau baku mutu sesuai lokasi daerah.
b.Hasil evaluasi tabel 7.12 pada komponen lingkungan fisika-kimia:
1)Point 8. Kualitas air permukaan di ketahui hasil selisih -3, artinya bahwa pada kondisi rona lingkungan awal (yang dihitung dari pembobotan keadaan komponen lingkungan dibandingkan dengan skala kepentingan) = 4 dibandingkan dengan saat kegiatan berlangsung dengan hasil = 1 , maka di dapatkan hasil -3 yang artinya diprediksi akan terjadi dampak NEGATIF dengan penurunan 3 skala dengan penafsiran dampak SEDANG sebesar 41 – 60%.
2)Point 9. Kuantitas air permukaan di ketahui hasil selisih -1, artinya bahwa pada kondisi rona lingkungan awal (yang dihitung dari pembobotan keadaan komponen lingkungan dibandingkan dengan skala kepentingan) = 4 dibandingkan dengan saat kegiatan berlangsung dengan hasil = 3 , maka di dapatkan hasil -1 yang artinya diprediksi akan terjadi dampak NEGATIF dengan penurunan 1 skala dengan penafsiran dampak SANGAT KECIL sebesar 1 – 20%.
3)Hasil prosentase akhir 7,35% artinya dari perhitungan rona lingkungan dengan Skla pembobotan 3 di bandingkan saat beroperasi dengan skala 3 maka tidak terjadi dampak namun secara terjadi penurunan kualitas lingkungan sebesar 7,35%.
Sumber Pustaka :
Chafid Fadeli, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pronsip Dasar Dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta, 2004