Kamis, 20 Mei 2010

Manajemen Limbah Batik




Kerajinan batik merupakan salah satu sektor industri kreatif yang berpotensi dalam memberikan kontribusi dan solusi pada persoalan-persoalan lingkungan, sosial dan ekonomi bangsa. Industri ini banyak terdapat di berbagai kota dan kabupaten di pulau Jawa, di antaranya adalah kota Pekalongan dan Solo di Jawa Tengah. Pada umumnya sentra industri batik terdiri dari industri-industri berskala kecil dan menengah, akan tetapi, ada juga industri berskala besar. Di Pekalongan terdapat CV. Tobal Batik yang merupakan industri batik berskala menengah yang produknya dapat menembus pasar internasional dan lokal. Industri berskala kecil biasanya memiliki ketergantungan terhadap industri yang lebih besar, dalam pesanan dan pengembangan desain, seperti PT. Tri Ratna Batik Pekalongan. Contoh industri batik berskala besar adalah PT. Batik Danar Hadi dengan wilayah pemasaran lokal, nasional maupun internasional.
         Permasalahan
Memasuki musim kemarau kondisi sungai di Kota Pekalongan terancam pencemaran lebih parah oleh limbah batik. Limbah pengolahan batik dari industri besar maupun rumah tangga yang mengandung bahan kimia, mengendap di sungai sebab tak ada air yang mendorongnya ke laut.
Endapan limbah batik itu akan mengakibatkan air sungai menjadi berwarna kehitam-hitaman, serta memunculkan bau menyengat. Keluhan masyarakat setempat, saat ini masih banyak industri batik rumah tangga dan perusahaan batik skala besar, yang membuang limbah langsung ke sungai. Pembuangan itu sudah dilakukan dalam waktu lama dan selama ini menjadikan air sungai tercemar. Jika musim hujan, barangkali pencemaran itu tidak begitu mengganggu karena limbah terdorong ke laut oleh gelontoran air hujan.
Namun jika kemarau seperti sekarang, dipastikan limbah itu akan membuat sungai semakin kotor dan berbau. Karena setiap hari terus ditumpahi limbah batik. Pokok permasalahan sekarang adalah Apakah limbah hasil pengolahan batik dapat di kelola tanpa mencemari lingkungan? 

Tidak ada komentar: